Mei 02, 2015
Pompa Kalor
Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau
sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar
teknologi pompa kalor memindahkan panas dari sumber panas yang
bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur lebih tinggi. Contoh yang
paling umum adalah lemari es, freezer, pendingin ruangan, dan
sebagainya.
Pompa kalor bisa disamakan dengan mesin kalor yang beroperasi dengan
cara terbalik. Satu tipe yang paling umum dari pompa kalor dengan
menggunakan sifat fisik penguapan dan pengembunan suatu fluida yang
disebut refrigeran. Pada aplikasi sistem pemanasan, ventilasi, dan
pendingin ruangan, pompa kalor merujuk pada alat pendinginan
kompresi-uap yang mencakup saluran pembalik dan penukar panas sehingga
arah aliran panas bisa dibalik. Secara umum, pompa kalor mengambil panas
dari udara atau dari permukaan. Beberapa jenis pompa kalor dengan
sumber panas udara tidak bekerja dengan baik setelah temperatur jatuh di
bawah -5 oC (23 oF).
Cara kerja
Berdasarkan pada hukum kedua termodinamika, panas tidak bisa secara
spontan mengalir dari sumber bertemperatur rendah ke lokasi
bertemperatur tinggi; suatu kerja dibutuhkan untuk melakukan ini. Pompa
kalor berbeda dalam hal bagaimana mereka mengaplikasikan kerja tersebut
untuk memindahkan panas, namun pada dasarnya pompa kalor adalah mesin
kalor yang bekerja secara terbalik. Mesin kalor membuat energi mengalir
dari lokasi yang lebih panas ke lokasi yang lebih dingin, menghasilkan
fraksi dari proses tersebut sebagai kerja. Kebalikannya, pompa kalor
membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari lokasi yang lebih
dingin ke lokasi yang lebih panas.
Sejak pompa kalor menggunakan sejumlah kerja untuk memindahkan panas,
sejumlah energi yang dibuang ke lokasi yang lebih panas mengandung kalor
yang lebih tinggi dari pada sejumlah kalor yang diambil dari sumber
dingin. Satu tipe pompa kalor bekerja dengan mengeksploitasi sifat fisik
penguapan dan pengembunan fluida yang disebut refrigran. Fluida yang
bekerja, pada keadaan gasnya, diberi tekanan dan disirkulasikan menuju
sistem dengan kompresor. Pada satu sisi dari kompresor, di mana gas
dalam keadaan panas dan bertekanan tinggi, didinginkan di penukar panas
yang disebut kondenser, hingga fluida itu mengembun pada tekanan tinggi.
Refrigeran yang telah mengembun melewati alat penurun tekanan yang
dapat dilakukan dengan memperluas volume saluran (memperlebar saluran
atau memperbanyak cabang), atau juga bisa dengan penghambat berupa
turbin. Lalu, refrigeran yang berbentuk cair masuk ke sistem yang ingin
didinginkan. Dalam proses pendinginan itu, refrigeran mengambil panas
sehingga refrigeran kembali menguap dan sistem menjadi dingin.
Dalam sistem seperti ini, sangat penting bagi refrigeran untuk mencapai
suhu tinggi ketika diberi tekanan, karena panas sulit bertukar dari
fluida dingin ke lokasi yang lebih panas secara spontan. Dalam hal ini,
refrigeran harus bersuhu lebih tinggi dari temperatur penukar panas.
Dengan kata lain, fluida harus bertekanan rendah jika ingin mengambil
kalor dari suatu sistem dan menguap, dan fluida harus bertekanan tinggi
jika ingin membuang kalor dan mengembun. Hal ini sesuai dengan persamaan
gas ideal yang menyatakan bahwa temperatur berbanding lurus dengan
tekanan. Jika hal ini tercapai, efisiensi tertinggi akan tercapai.
Refrigeran
Hingga tahun 1990, refrigeran yang biasa digunakan adalah jenis
klorofluorokarbon (CFC) yang memakai nama dagang Freon. Pembuatan CFC
dihentikan pada tahun 1995 karena kerusakan lapisan ozon yang disebabkan
CFC. Setelah CFC dilarang digunakan, penggunaan amonia meluas, lalu
diikuti dengan propana dan butana yang kurang korosif, juga isobutana
yang saat ini digunakan secara luas. Jenis fluida lainnya yang dapat
digunakan sebaga refrigeran adalah karbon dioksida, hidrogen, helium,
dan nitrogen. Penggunaan mereka pada umumnya dalam industri yang
menyediakan teknologi pendingin yang menggunakan gas-gas tersebut.
Koefisien performa
Membandingkan kerja suatu pompa kalor berarti bukan membicarakan
efisiensi, namun koefisien performa, meski secara luas mengandung arti
sama, yaitu seberapa baik performa / kinerja dibandingkan dengan kerja
yang dilakukan. Koefisen performa adalah rasio seberapa besar panas yang
dipindahkan dibandingkan dengan kerja yang diberikan. Semakin besar
panas yang dapat dipindahkan dengan sejumlah kerja demikian, maka
koefisien performa semakin tinggi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar